Senin, 21 Maret 2016

Senjata Pusaka Daerah Suku Sasak Lombok Tulup

loading...
               Hasil gambar untuk Gambar tulup

Tulup yaitu satu diantara senjata tradisional berburu Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tulup terbuat dari kayu meranti yang dilubangi, berpeluru potongan-potongan seperti lidi dari pelepah pohon enau yang berupa seperti mata panah yang dimaksud ancar. Mata ancar umumnya diolesi toksin dari getah pohon tatar. 

1. Asal-usul 

Orang Indonesia biasanya mengetahui tulup sebagai alat yang terbuat dari bambu yang mempunyai ros (batasan di bagian bambu) atau kayu yang dilubangi. Kamus Besar Bhs Indonesia terbitan Balai Pustaka th. 2005 halaman 1219 mengartikan tulup dengan dua makna, yakni sumpitan serta tiup. Makna ini nampaknya mengacu pada bentuk serta langkah memakai tulup itu. Tulup dipakai lewat cara ditiup lewat mulut. Anak-anak di perdesaan memakai alat ini untuk permainan yang mereka sebut tulup-tulupan atau sumpit-sumpitan. Peluru tulup mereka berbentuk tanah basah yang dibuat bulat. Permainan ini sesungguhnya cukup beresiko, lantaran kadang-kadang bisa tentang mata serta mengakibatkan kebutaan. 

Dalam sejarahnya, tulup telah di kenal akrab dalam kebudayaan suku-suku yang banyak menempati daerah pedalaman Indonesia, seperti Kalimantan, Sumatera, Papua atau Nusa Tenggara. Oleh mereka tulup dipakai untuk membunuh binatang buruan seperti babi, kera, macan, atau gajah. Berburu adalah satu diantara jenis mata pencaharian paling tua terkecuali bercocok tanam yang dikerjakan oleh suku-suku itu. Serta satu diantara alat berburu yang perlu dipunyai yaitu tulup. 

Nenek moyang Suku Sasak yang menempati pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, juga mengetahui tulup sebagai alat mereka berburu binatang di rimba. Menurut Kamus Bhs Sasak- Indonesia th. 2001 terbitan Balai Pustaka halaman 312, tulup disimpulkan dengan sumpit. Menulup bermakna menyumpit. Oleh orang Sasak tulup dipakai untuk berburu babi serta kera yang banyak berkeliaran di bebrapa rimba Lombok (Lantas Wiracana, 1998). 

Pemburu tradisional Sasak berasumsi kalau, terkecuali sebagai senjata berburu, tulup juga dikira sebagai benda sakral. Hal semacam ini didasarkan pada pemikiran kalau berburu yaitu mata pencaharian mereka sedang tulup yaitu alat mereka mencari rejeki, karenanya tulup butuh dihargai serta dihormati. Pensakralan pada tulup mereka ekspresikan berbentuk berikan doa atau jampi-jampi pada tulup mereka. Terkecuali untuk penghormatan serta permintaan pada Yang Kuasa, doa serta jampi-jampi diperuntukkan supaya tulup bisa membuahkan banyak binatang buruan. Oleh karena itu tak heran bila oleh sebagian pemburu, tulup beserta ancar (peluru tulup) serta terontong (tempat menaruh ancar) senantiasa digantung diatas tembok beberapa tempat tinggal mereka (Lantas Wiramaja et al., 1993). 

Di jaman saat ini, kelompok-kelompok orang-orang yang tinggal di dekat rimba, masihlah memakai tulup untuk berburu. Rimba Lombok yang lebat serta banyak babi dan kera yang berkeliaran disana bikin praktek berburu ini masihlah disukai oleh sebagian masyarakat. Walau demikian saat pemerintah provinsi yang bekerja bersama dengan Departemen Kehutanan melarang kera (lutung budeng atau trachypithecus auratus kohlbruggei) untuk dibunuh lantaran hewan ini termasuk juga hewan yang dilindungi, jumlah pemburu tradisional makin hilang1. 

Hilangnya profesi pemburu akibat larangan pemerintah daerah yang berdalih pelestarian binatang serta ekosistem, nyatanya malah bertukar dengan pemburu rimba lainya yang lebih ganas. Pemburu rimba jenis baru itu malah menyebabkan ekosistem rimba rusak serta kehidupan manusia menanggung derita. Tepatnya pada th. 2006 waktu lalu ada tiga orang tewas, serta satu orang hilang, akibat banjir serta tanah longsor yang berlangsung di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Banjir serta tanah longsor ini adalah bencana alam susulan yang satu hari terlebih dulu juga berlangsung di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Tempat bencana dibatasi bukit Sembalun serta bukit Bumbung yang disebut kaki Gunung Rinjani (http :// www. arsip. net). 

Tulup orang Sasak memiliki tiga komponen utama yakni, gagang tulup, ancar (peluru tulup), serta terontong (tempat menaruh ancar). Supaya binatang cepat mati, umumnya pada ancar (peluru tulup) dioles-oleskan toksin yang datang dari getah pohon tatar. Getah ini amat manjur untuk membunuh binatang. Binatang seperti kera bakal mati kurun waktu kurang lebih 15-30 menit. Sesaat babi memerlukan saat kurang lebih 2 hari (Wiramaja et al., 1993). Waktu berburu, ketiga komponen itu mesti dibawa lantaran ketiganya sama-sama lengkapi. 

2. Bahan, Alat serta Proses Pembuatan 

Orang Sasak cukup gampang untuk memperoleh beberapa bahan yang dibutuhkan bila menginginkan bikin tulup. Hal semacam ini karena beberapa bahan itu ada serta tumbuh di lingkungan sekitar rumah mereka. Tulup mempunyai tiga komponen utama, yakni gagang tulup, ancar (peluru tulup), toksin tulup serta terontong (tempat menaruh ancar). Dalam berburu, semuanya komponen ini mesti dibawa supaya mempermudah sistem perburuan serta lantaran ketiga komponen itu sama-sama terkait. Sebagai contoh, bila tak ada ancar jadi tulup akan tidak miliki peluru, demikian halnya demikian sebaliknya. Bila tak ada terontong, ancar yang dibawa memakai tangan bakal beresiko bila tangan menyentuh getah toksin yang telah dioles-oleskan pada ancar. Mengakibatkan tangan bakal bengkak serta bernanah. 

Beberapa bahan untuk bikin komponen-komponen tulup diantaranya : 

Kayu meranti untuk bikin gagang tulup 
Pelepah pohon enau (pinang atau aren) untuk bikin batang serta mata ancar (peluru tulup) 
Getah pohon tatar untuk bikin toksin 
Bambu untuk bikin terontong (tempat menaruh ancar) 
Beberapa bahan diatas kelak bakal di proses jadi tulup dengan memakai alat-alat seperti : 

Kapak untuk memotong kayu 
Pusut (seperti bor) untuk bikin lubang 
Maja atau pangot (pisau) untuk melembutkan 
Sistem pembuatan tulup, ancar serta terontong bisa disebutkan cukup rumit serta membutuhkan kecermatan dan keterampilan yang terlatih. Hal semacam ini begitu utama untuk dipunyai oleh tiap-tiap pemburu lantaran bila tak trampil serta cermat dalam bikin ketiganya, jadi tulup tidak akan nyaman digunakan bahkan juga ancar tidak bisa melesat dengan cepat bila lubang pada tulup tidak cocok dengan ukuran yang seimbang. 

Tersebut disini sistem pembuatan tulup, ancar serta terontong. 

Tulup 
Pada umumnya tulup mempunyai bentuk yang serupa dengan tombak. Ketidaksamaan keduanya ada pada ujung semasing. Ujung tombak berupa lancip, sesaat ujung tulup berupa rata. Pada ujung tulup ada mangan (mata tulup). Mangan ini berperan untuk mengontrol daya lesat ancar supaya lurus serta pas tujuan bila ditiup. 

Sistem pembuatan tulup cukup rumit. Langkah pertama yaitu pilih kayu meranti yang memiliki diameter lebih kurang 3, 2 cm. Kayu setelah itu dipotong selama lebih kurang 160 cm. Panjang ini dikira cukup ideal lantaran bila sangat pendek atau sangat panjang, terkecuali sulit untuk memakainya, ancar bakal lambat daya lesatnya. Hal ini dapat sesuai dengan kemampuan tiupan biasanya orang dewasa atau orangtua Suku Sasak. 

tahap selanjutnya yaitu melubangi kayu. Diameter lubang kurang lebih 1, 5 cm. Ukuran diameter ini dapat dikira ideal lantaran sesuai dengan ukuran ancar sekalian mempertimbangkan juga daya lesat ancar. Bila lubang tulup sangat kecil, jadi sistem keluarnya ancar tak lancar. Demikian sebaliknya bila lubang tulup sangat lebar, jadi daya lesat ancar menyusut lantaran hawa yang masuk lubang terpecah serta tak konsentrasi pada ancar. 

Ancar (peluru tulup) 
Butuh dipahami terlebih dulu kalau ancar memiliki dua unsur, yakni batang ancar serta mata ancar. Batang ancar yaitu badan ancar yang berupa seperti potongan lidi. Mengenai mata ancar yaitu ujung dari batang ancar yang berupa lancip. Pada mata ancar berikut umumnya dioles-oleskan toksin dari getah pohon tatar untuk memberi dampak kematian pada binatang yang terserang tulup. Dalam sistem membuatnya, batang serta mata ancar di buat serta dipasang dengan cara terpisah. 

Batang serta mata ancar terbuat berbahan yang sama, yakni dari pelepah pohon enau (aren atau pinang). Terkecuali gampang untuk diperoleh, pelepah pohon enau dikira cukup baik lantaran gampang untuk dibuat serta saat melesat ancar tak gampang goyang bila ditiup angin. Diluar itu, pelepah pohon enau cukup menyerap toksin. Hal semacam ini utama lantaran toksin yang tidak bisa diserap oleh mata ancar sudah pasti akan tidak bisa mematikan binatang.

Cara membuat batang ancar 
Cara membuat batang ancar cukup gampang. Pertama-tama yaitu mengambil pelepah pohon enau. Pelepah diambil yang tidaklah terlalu muda atau tua. Hal semacam ini utama supaya ancar memiliki kemampuan untuk menembus kulit babi atau kera. Setelah itu kulit pelepah dipotong-potong kurang lebih selama 16-17 cm dengan diameter 0, 5cm. Ukuran ini dikira pas lantaran ukuran itu yang umum digunakan oleh beberapa pemburu Sasak yang berhasil. 

Sesudah dipotong-potong seperti lidi, batang ancar dihaluskan dengan memakai maja (pisau atau pangot). Penghalusan dibutuhkan untuk melindungi daya lesat batang ancar. Batang ancar yg tidak halus (ada banyak serat) bakal mengakibatkan daya lesatnya melemah bahkan juga kerap macet didalam lubang tulup. Sesudah batang ancar usai dibuat, sistem dilanjutkan dengan bikin mata ancar. 

Cara membuat mata ancar 
Mata ancar di buat seperti bentuk kerucut dengan panjang kurang lebih 4, 5 cm. Ukuran ini dikira sesuai sama panjang batang ancar. Mengenai ukuran diameter mesti sesuai dengan lubang tulup. Hal semacam ini butuh di perhatikan supaya mata ancar bisa masuk ke lubang tulup. Bila tidak cocok dengan ukuran lubang tulup jadi daya lesat ancar bakal dipengaruhi. 

tahap selanjutnya yaitu bikin lubang pada satu diantara sisi pangkal mata ancar dengan memakai pusut (pelubang). Lubang ini nanti digunakan untuk ditancapkan dengan batang ancar. Sesudah usai, langkah selanjutnya yaitu meruncingkan satu diantara sisi dari kerucut itu dengan memakai maja atau pangot (pisau). Sesudah mata ancar lancip, sistem setelah itu yaitu pemberian toksin pada mata ancar. 

Sebelumnya mengulas mengenai pemberian toksin pada mata ancar, baiknya kita mengetahui dahulu bagaiamana langkah bikin toksin. Toksin di ambil dari pohon tatar lewat cara menyadap seperti menyadap karet. Sesudah getah terkumpul, lalu getah itu diangin-anginkan sampai berwarna coklat. Getah baiknya diangin-anginkan lebih lama sampai warnanya hitam. Hal semacam ini utama lantaran makin lama bakal makin dahsyat kwalitas toksinnya. Kemudian baru dikerjakan sistem berikan toksin pada mata ancar. 

Pemberian toksin dikerjakan lewat cara mencelupkan ujung mata ancar kedalam getah pohon tatar yang telah disediakan dalam satu tempat spesifik. Kemudian, mata ancar tak segera dipakai walau demikian disimpan di terontong. Hal semacam ini utama untuk dikerjakan supaya toksin lebih meresap di mata ancar. Dengan hal tersebut, bila mata ancar tentang serta masuk ke sisi perut babi atau kera, toksin bakal segera bekerja.

Terontong (tempat menaruh ancar) 
Orang Sasak memiliki ketrampilan yang cukup baik dalam bikin kerajinan dari bambu, salah nya ialah terontong. Orang Sasak mengerti terontong cuma untuk tempat menaruh ancar. Terontong berupa seperti teko air tradisional yang di beri tutup. Tutup ini disambungkan dengan tali serta diikat pada satu diantara tubuh terontong. Terontong terbuat dari belahan-belahan bambu yang dianyam dengan rapi serta halus. 

Cara membuat terontong cukup susah serta membutuhkan ketrampilan tangan. Langkah pertama yaitu menebang bambu. Bambu yang diambil yaitu bambu yang tidaklah terlalu muda serta tidaklah terlalu tua. Hal semacam ini dibutuhkan supaya saat dianyam bambu gampang untuk ditekuk serta tak gampang patah dan kuat. Setelah itu bambu itu dibelah tidak tebal sesuai sama ukuran yang dikehendaki. 

Bilah-bilah bambu lalu dihaluskan serta setelah itu dianyam. Penganyaman bambu membutuhkan kecermatan serta ketrampilan tangan yang terasah. Bila tak hati-hati, bambu bisa melukai tangan orang yang menganyam. Sisi pertama yang dianyam yaitu tubuh terontong. Bambu dianyam dari bawah sebagai pola basic, lalu ke atas sampai usai semua tubuh terontong. 

Langkah selanjutnya yaitu menganyam tutup terontong. Tutup terontong begitu dibutuhkan supaya ancar tak gampang jatuh saat dibawa berlarian menguber binatang. Untuk menganyam tutup terontong cuma diperlukan sedikit bilah bambu lantaran tutup terontong memiliki bentuk lebih kecil. Seperti pada tubuh terontong, tutup terontong di buat pola dasarnya dahulu, lalu menyambungkan dengan bilah bambu yang telah disediakan untuk dianyam selanjutnya. 

Tutup terontong yang telah usai lalu di beri tali dari bilah bambu. Tali diikat ke satu diantara sisi dari tubuh terontong. Hal semacam ini dibutuhkan supaya saat di buka, tutup terontong tak jatuh. Bila semuanya komponen tulup telah usai di buat, tulup siap untuk dipakai. 

3. Cara Menggunakan 

Langkah memakai tulup begitu simpel serta gampang. Langkah pertama yaitu gagang tulup diangkat lalu ancar dimasukkan pada lubang tulup. Sesudah ancar di pastikan cocok di lubangnya, lalu tulup diarahkan pada tujuan yang dituju sembari lubang tulup ditempelkan pada mulut. Bila telah pas sasarannya, lalu lubang tulup ditiup sekencang-kencangnya. 

Sejurus lalu ancar bakal keluar dari dari lubang tulup melesat menuju tujuan. Ancar bisa melesat cepat bila peletakan mata ancar kedalam lubang tulup juga pas. Diluar itu kecepatan juga ditetapkan oleh kemampuan tiupan angin dari mulut pemburu. Karenanya dibutuhkan latihan serta pengalaman yang cukup terasah sebagai seseorang pemburu. 

Walau tampak gampang, menjalankan tulup dapat juga jadi susah. Kesusahan bukanlah berlangsung ketika menulupnya, walau demikian meyakinkan supaya pas tujuan. Hal semacam ini karena ketepatan pada tujuan memerlukan ketrampilan serta pengalaman yang terasah. Ketrampilan bisa didapat lewat cara berlatih ketenangan fikiran serta hati, kesabaran serta ketangkasan. Konsentrasi yaitu kunci paling utama dalam menjalankan tulup. 

Untuk memakai tulup supaya nyaman serta gampang dioperasikan, umumnya orang Sasak menggunakan bebet (ikat pinggang). Bebet dibutuhkan untuk menggantungkan terontong supaya gampang dibawa ke mana-mana. Terkecuali bebet, pemburu Sasak juga kerap menggunakan sapo’ (ikat kepala). Walau Sapo’ serta bebet yaitu satu diantara unsur baju kebiasaan orang Sasak, tetapi keduanya telah jadi unsur dari baju sehari-harinya orang Sasak. Rutinitas ini masihlah berlaku sampai hari ini di perdesaan Lombok. 

Pemakaian tulup sebagai alat berburu sekarang ini nyaris tak diketemukan lagi. Orang-orang Sasak telah banyak yang berpindah profesi. Hal semacam ini dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya : 

  • Beberapa orang Sasak yang beralih jadi petani seperti petani tembakau atau peternak sapi atau kuda atau jadi tenaga kerja Indonesia (TKI) diluar negeri. 
  • Ada ketentuan dari pemerintah daerah serta Departemen Kehutanan mengenai larangan berburu kera serta binatang lain yang dilindungi terutama di bebrapa rimba Lombok yang jadikan taman nasional, salah nya ialah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). 
  • Seperti di ketahui sebagian besar orang Sasak sekarang ini berpedoman agama Islam. Dalam ajaran agama Islam dipercaya kalau daging binatang babi serta kera yaitu haram. Ajaran ini nampaknya juga mengakibatkan menyusutnya orang Sasak yang berprofesi jadi pemburu.